Rabu, 10 Oktober 2012

Part 2 (Bukit Bintang)

Part 2 (Bukit Bintang)

Willy bangun dari tempat tidurnya dengan tenaga yang masih tersisa Willy menghampiri Rini
“gue sangat yakin” ucapnya tepat didepan muka Rini! saking dekatnya hidung mereka sempat bersentuhan
“katakan apa yang bisa membuat gue yakin sama lo?”
“lo udah lupa kalo... (Willy tak melanjutkan kata-katanya)”
“kalo apa?”

“kalo first kiss gue udah lo rebut!” ucap Willy sedikit nakal... di samping telinga Rini
 Sejak saat itu Willy ada Rini akhirnya pacaran meskipun mereka backstreet karena orang tua Rini yang masih tidak menyetujui Rini pacaran terutama ketika usianya masih di bawah 17 tahun.
namun kedua orang tuanya akhirnya mengetahui bahwa Rini telah memiliki pacar sebelum usianya 17 tahun dan itu membuat orang tuanya marah sehingga Rini dihukum di dalam kamar berminggu-minggu dan tidak di ijinkan menggunakan fasilitas-fasilitas yang pernah diberikan kedua orang tuanya. tapi itu tidak membuat sedih Willy {nampaknya bagi Rini namun berbeda bagi penulis yang mengetahui hal yang sebenarnya}, karena dia telah menang taruhan dengan temannya yang bernama Rio, Rio bertaruh kalau Willy bisa menjadikan Rini pacarnya maka Rio akan mentraktir makan siang selama satu bulan dan akhirnya Willy  memenangkan taruhan itu dan itu sekaligus membuat Rini semakin sakit hati dan sedih akhirnya sudah 2 bulan berlalu usianya 1 minggu lagi genap 17 tahun itu berarti hukumannya akan segera berakhir. Meskipun Willy yang tubuhnya bonyok di gebukin Raffa dan Brian tidak membuat hatinya lega ataupun senang karena Rini telah melanggar perjanjian maka Dia tidak boleh merayakan ulang tahunnya yang ke 17.
1 hari setelah hari ulang tahunnya Rini diperbolehkan masuk sekolah lagi namun dengan pandangan lain kepada Willy, rasa “gengsi” Willy membuatnya tidak mau meminta maaf dan rasa benci Rini semakin besar dan merajalela di dalam tubuhnya dan menyiksa hati dan nuraninya kini hanya teman-temannya yang hanya ia terima.
“udahlah Rin jangan lo buang air mata lo untuk cowok b@#$%^&k seperti Willy itu buat apa nangisin orang yang ngak punya hati seperti Willy” nasehat Chika pada Rini saat dia tahu Rini sedang menangis di dalam kamar mandi sekolah
“o…ya selamat datang di sekolah lagi ya... kan lo udah lama ngak masuk sekolah tapi ngomong-ngomong lo di apain aja ma ortu lo? ya tapi apapun yang dilakukan ortu lo itu semua buat kebaikan lo. Ah… sampai lupa (teriak chika) met ulang tahun yang ke 17 ya maaf telat ngucapinnya, niatnya sih kemarin mau ngajak lo keluar untuk ngerayain ultah lo tapi keadaan tidak memungkinkan jadi hanya bisa ngucapin selamat aja”
“ngak pa-pa kok tapi kadonya mana?” candanya
“ masih ingin kado”
“ia dong masak ulang tahun ngak dapet kado, apa kata dunia” guraunya
“tenang gue udah nyiapin kok kado buat lo nanti malam lo dandan yang cantik, terus jam 6 sore kita jemput di rumah lo!”
“ok. Eh ke kantin yuk lapar ni, dan karena kemarin adalah hari ultah gue jadi kalian harus nraktir gue”
“apa?... harusnya lo kan yang nraktir gue”
“sekali-kali kan boleh”
“sekali-kali terus jadinya setiap hari!”
“ha..ha..ha..” tawa Rini yang mulai mencairkan suasana hatinya yang sedang tidak karuan
Bel pulang berbunyi anak-anak pun bernyanyi gembira karena akan segera pulang
“baik rapikan buku-buku kalian kali ini Rini Kamu yang baca do`a” ucap bu luna pada Rini karena setiap hari setiap murid akan bergiliran untuk berdo`a dan hari ini sebenarnya gilaran Sony namun karena dia tidak masuk jadi Rini yang berdo`a
“baik bu” jawa Rini seraya berdo`a...
setelah semua bubar
“hai Rin” sapa seseorang yang suaranya tak asing lagi baginya
“lo pulang bareng siapa?” tanya Amel
“gue kayaknya bakalan di jemput sama mang dadang”
“o… gitu tapi kalo misalnya lo butuh sesuatu atau butuh orang buat nemenin lo, lo telpon gue aja ya. gue akan ke rumah lo secepat kilat. O..ya jangan lupa nanti malam gue sama temen-temen akan jemput lo. Jadi, Kamu harus dandan yang cakep yang cantik ok.”
“ sip deh” sambil mengacungkan jempol kanannya
“ya udah gue pulang dulu kasian Brian dah nunggu lama. Bye..”
“ bye” sambil malambaikan tangannya
Setelah siap-siap akhirnya teman-temannya datang untuk menjemput. Setelah meminta ijin kepada kedua orang tuanya akhirnya mereka berangkat ke sebuah cave yang sudah mereka sewa sebelumnya. Acara malam hari ini begitu meriah semua teman sekelas dan yang mereka kenal datang kecuali Willy, mereka sengaja tidak mengundang Willy karena mereka tahu Rini masih sakit hati pada Willy waktu terus bergulir akhirnya pesta berakhir dan Rini diantar Amel dan Brian pulang karena rumah mereka searah dengannya namun ketika dijalan terjadi insiden sebuah kecelakaan tapi itu bukan mobil mereka namun seorang pengendara motor pengendara motor itu adalah orang yang Rini kenal sekaligus orang yang pernah dia sukai, orang yang pernah menjadi pacarnya walau beberapa hari saja dan kini ia benci orang yang paling jahat kepadanya benar dia adalah Willy. Terpaksa mereka harus berhenti untuk membantunya walaupun dengan hati yang terpaksa mereka tetap membawanya ke rumah sakit terdekat di sekitar lokasi kejadian. Walau bagaimanapun mereka masih memiliki hati nurani yang tidak tegaan melihat orang susah
“ ya udah Mel gue telpon dulu kerumahnya. Orang tuanya harus tahu kalau anaknya kecelakaan!”ujar Rini
Sambil mencari HP di tas Rini keluar untuk menelpon
‘tit…tit…tit… suara nada dari telpon seberang
“halo apa benar ini rumah keluarga Wijaya ya?”
“iya benar maaf ini dari siapa ya”
“ini dari Rini”
“oh mbak Rini toh Mas Willy sudah cerita banyak tentang mbak Rini, tapi maaf kalau Mbak Rini nyari Mas Willy, Mas Willynya sedang tidak ada di rumah”
“bukan bi!. Saya bukan nyari Willy saya mau mengabari kalau Willy mengalami kecelakaan dan sekarang lagi kritis di rumah sakit tolong bibi kasih tahu orang tuanya”
“apa… Mas Willy kecelakaan tapi maaf lagi non, bapak sama ibu sedang ke luar negeri untuk menjalankan bisnis keluarga jadi sekarang tidak ada siapa-siapa di rumah kecuali non Fitri sama saya”
“ya udah terserah bibi siapa yang mau kesini yang penting cepetan karena dia sekarang lagi kritis cepat ya bi Willy di rumah sakit SEHAT SELALU dan jangan lupa bawa bebrapa pakaian ganti buat Willy ya! udah saya tutup dulu teleponnya” setelah menutup telpon Rini pergi ke ruang tunggu
“gimana udah lo kasih tahu keluarganya?” tanya Brian
“udah lo tenang aja lebih baik sekarang lo pulang Yan dan lo anteRin juga Amel pulang gih kasian. Lagian ni udah malem pa lagi besok sekolah kan?”
“lo gimana?”
“udah jangan mikiRin gue, gue bisa pulang sendiri kok gue mau nemenin Willy sampe keluarganya dateng gue juga udah ngabaRin orang tua gue, udah cepet pulang gih dah malem”
“ya udah kalo gitu gue pulang dulu sama Brian lo ati-ati ya!”
“lo kayak ngak tahu gue aja”
Amel pergi setelah memeluk Rini dengan pelukan perpisahan
“da” sambil melambaikan tangan diapun pergi
“da ” jawab Rini
Tak lama kemudian dokter keluar dari ruang UGD
“gimana dok apa dia baik-baik saja?”
“maaf adik ini siapanya ya“
“saya… eh saya… {agak gugup} pacarnya dok” bodoh kenapa bilang pacarnya sih kan bisa ngomong temennya dalam hati Rini menggumam entah kenapa kata-kata itu keluar sendiri dari mulutnya (sifatnya yang selalu spontan menjadi kebiasaan yang tidak dapat dihilangkan)
“pacar adik baik-baik saja!”
“apa... saya boleh melihatnya dok?” ucap Rini agak ragu
“oh tentu silahkan” tanpa pikir panjang Rini langsung masuk ke dalam “ terima kasih sus” ucapnya pada saat suster yang merawat Willy hendak keluar
“sama-sama” jawab sang suster
Rini mengambil sebuah kursi dan ia letakkan di samping ranjangnya tanpa ada percakapan hanya diam, diam dan diam sebenarnya banyak hal yang ingin dia tanyakan tapi Rini sudah tak mau bicara lagi dengannya
“Rin... (panggil Willy) gue… gue mau minta maaf! Dan terima kasih udah nolong gue” ucapnya tiba-tiba dan Rini jawab dengan diam“gue tahu gue sudah terlalu banyak salah pada lo apa lagi akhir-akhir ini gue telah jadiin lo… (kata-katnya terhenti dan menghela napas) jadiin lo barang taruhan” air mata Rini jatuh mengalir lembut di pipinya menjadi sungai kecil saat itu juga tanpa memandangnya Rini bangun dari kursi dan berusaha pergi darinya namun tiba-tiba lengannya ditarik oleh Willy sehingga tubuhnya jatuh di atas tubuh Willy Rini merasakan tubuh Willy yang dingin air matanya jatuh di atas bantalnya
“gue mohon Rin maafin gue, gue akan lakukan apapun buat menebus segala kesalahaan gue itu. Gue mohon maafin gue! gue tahu kesalahan gue terlalu besar tapi setiap orang berhak mendapatkan maaf dan kesempatan untuk meminta maaf”
“jika lo tahu lo salah, kenapa lo lakuin dan jika lo tahu salah lo terlalu besar ngapain lo minta maaf! sekarang lepasin gue”
“ngak gue ngak akan ngelepasin lo”
“bodoh… lepasin ngak” bentak Rini tangan Willy melemas dan Rini segera bangun dari tubuhnya dan pergi dengan air mata lalu ia cari kacamata hitam yang selalu ia bawa karena dia sering menangis sendiri. di koridor rumah sakit Rini berpapasan dengan Fitri dan pembantunya
“Kak Rini di mana ruangan mas Willy dirawat?”
“di kamar 27 gue pulang dulu ya!” pamitnya seraya meninggalkan mereka yang kebingungan melihat sikap Rini dan Rini yang menangis. Di depan rumah sakit  mang Dadang sudah menunggunya mungkin disuruh bokapnya
“pulang non?” tanya mang Dadang sambil membukakan pintu untuknya
“iya Mang”
Malam berakhir, dan berganti pagi… pagi yang cerah dan hawa begitu sejuk tanpa pikir panjang Rini ambil sepeda dari garasi. sebuah sepada gunung pemberian ortunya waktu dia kelas 4 SD dan mulai mengayuh ke jalanan yang mulai ramai dengan orang yang berlalu lalang pikirannya tidak bisa melupakan kejadian semalam itu membuatnya gelisah dan semakin bingung terhadap perasaannya dia benci tapi sayang dan kasian
“ya sudahlah pulang saja mandi terus sekolah biar itu urusan nanti” ucapnya sendiri di jalanan.
Setelah mengitari lapangan beberapa kali
“Selamat pagi Mel” sapanya pada Amel ketika di sekolah
“met pagi juga, eh gimana kemarin apa si Willy baik-baik aja” tanyanya tiba
“ngapain sih lo nanya-nanya dia males banget dengernya”
“ya walaupun sejahat-jahatnya orang pasti masih memiliki hati nurani kan”
“jadi lo nyindir gue ni ceritanya (dengan nada agak di tinggikan)”
“ngak kok tapi kalau lo merasa ya itu sih urusan lo, kan lo yang ngerasaain. Ya mungkin kesalahannya begitu besar tapi bukan berarti itu tidak termaafkan. Ingat kata-kata gue ini, satu hal lagi cinta dan benci itu perbedaannya tipis. setipis kulit bawang” ceramahnya padanya seraya meninggalkan Rini yang tengah tercengang
“darimana dia bisa berkata seperti itu mungkin dia kesambet setan tobat kali” ucapnya dalam hati... ya meskipun ucapannya ngak ada hubungannya sama pertanyaan sindir menyindir
Sekolah berakhir Rini pulang sendiri tanpa dijemput mang Dadang karena dia sedang menemani istRinya yang sedang melahirkan, terpaksa naik taksi. di tengah perjalanan entah mengapa Rini seperti terhipnotis dan menghentikan taksi yang ia naiki di depan sebuah rumah sakit tempat Willy dirawat yang kebetulan searah dengan jalan menuju rumahnya
“aduh ngapain sih gue pake berhenti disini bego” keluhnya dalam hati sambil memukul beberapa kali kepalanya
“Kak Rini” sapa seseorang dari arah belakang yang membuatnya terkejut Rini menoleh ternyata dia adalah Fitri
“Kak Rini mau nengok Kak Willy ya” tanyanya
“e… e… (sambil tergagap-gagap) iya”jawab Rini terpaksa
“ya udah ayo masuk mulai dari tadi malem waktu Kak Rini udah pulang Kak Willy mengigau terus menyebut nama Kakak sambil meminta maaf” ceritanya
“o… gitu ya”
“ya udah yuk masuk pasti Kak Willy senang kalau Kak Rini dateng” sambil menarik lengan Rini
Dalam ruang inap
“Kak Willy, Kak Rini datang ni untuk jenguk Kakak”
“Kak... Kakak...” panggil Fitri berulang kali
“lo Kak Willy mana? Bentar ya Kak mungkin Kak Willy di kamar mandi” sambil berlalu meninggalkan Rini
“iya” jawab Rini yang tengah memperhatikan sekeliling terlihat seikat bunga terletak di meja mungkin dari sela pikirnya
Beberapa saat kemudian Fitri keluar dan…
“Kak Rini, Kak Willy ngak ada” katanya serta membuat Rini sedikit cemas dan bingung
“Fit... kamu tenang dulu ya... kita cari di luar dan tanya suster mungkin dia sedang keluar mencari udara segar lo jangan panik ok…!”ucap Rini mencoba untuk menenangkannya
“sus maaf pasien yang ada di kamar 27 kemana ya kok tidak ada?” tanya Rini pada seorang suster yang sedang lewat
“atas nama siapa ya?”
“Willy sus”
“ O… saudara Willy sedang di periksa di Laboratorium ruangannya disebelah kiri tangga”
“terimakasih sus”
Beberapa saat kemudian Rini bertemu dengan Fitri
“gimana Kak udah ketemu Kak Willy dimana?”
“ udah, Willy sekarang lagi di Laboratorium sedang di periksa”
“syukur tidak terjadi apa-apa sama kakak, soalnya kemarin dia seperti sedang frustasi dan menyesal karena telah menyakiti kakak”
“ngak usah lo bela dia lebih baik sekarang kita ke laboratorium saja” tanpa memperdulikan kata-kata Fitri Rini pun pergi ke lab di mana Willy di periksa
“ gi mana kabar pasien dok?” tanya Rini ketika sampai di lab
“keadaan pasien baik tapi untuk saat ini pasien belum boleh pulang mungkin sekitar 1 minggu lagi pasien bisa pulang” jelas dokter
“O… begitu ya” ucap Rini datar
“ sudah gue pulang dulu Fit, lagian tadi gue sebenarnya ngak ada niat kesini ”Rini pergi meninggalkan mereka tanpa berpamitan pada Willy
“kak Rini tunggu {Rini menghentikan langkahny} Aku mau tanya apa rasa sayang dan cinta kakak benar-benar sudah sirna tolong beri kak Willy kesempatan 1 kali lagi kak Willy ngak sejahat yang kakak fikir!”
“fit lo cewek yang baik tapi semua kata-kata lo ngak ada artinya dimata gue terutama tentang Willy!”tanpa peduli pada Fitri yang masih berdiri disana Rini pun menghentikan sebuah taksi yang lewat yang kebetulan sedang kosong
“kemana mbak?” tanya supir itu
“jalan saja pak” tanpa menyebutkan alamat taksi itupun melaju setelah cukup lama berputar-putar akhirnya Rini memutuskan untuk pergi kesebuah tempat yang menurutnya adalah tempat terindah (tapi memang benar tempat itu indah loh). di sebuah bukit, lampu kota terlihat bagaikan bintang yang gemerlap terasa sunyi dan dingin angin yang menusuk tubuhnya semakin lama Rini sadar bahwa dia sudah cukup lama berada di sana, ia teRingat akan handponenya yang dari tadi ia matikan ketika ia nyalain ada sekitar 18 sms masuk dia mulai membacanya ada dari Amel yang jumlahnya sekitar 5 yang bunyinya hampir sama yang menyakan keberadaannya begitu juga Chika yang menanyakan ada juga dari Rio dan Brian dengan pertanyaan sama dan ada 3 sms dari Willy yang membuatku terkejut isinya Tlg ma”fin gw sebenarnya ada rasa ingin melupakan sakit hatinya tapi entah kenapa seperti ada rasa lain yang menahannya tiba-tiba hpnya berdering tertulis memanggil... Amel Rini tdrsenyum sendiri
“halo Rini lo dimana? dari tadi di sms gak dibales di telfon hpnya malah dialihin”
“gue ada di bukit”
“bukit mana”
“bukit bintang” begitulah Rini menamainya
“sebaiknya lo sekarang pulang kasian orang tua lo bingung nyariin lo, gue akan minta Brian buat jemput lo ok! Inget gue ngak mau mendengar tolakan!” tit ... tiba-tiba telfonnya dia matiin
“eh seenaknya sendiri, tapi gue bersyukur karena punya teman-teman yang baik seperti kalian semua” ucapnya lirih
Sambil menunggu Brian datang Rini menikmati pemandangan yang indah namun semakin lama semakin sepi dan terasa sunyi dan terasa dingin mungkin karena sudah malam tak beberapa saat kemudian Brian datang
“sory agak lama” ucapnya
“ngak apa-apa kok maaf ya udah nyusain!” dengan sedikit senyum dibibir
“lain kali kalau ada masalah lebih baik cerita jangan asal kabur kasian orang tua lo cemas nyariin”
“orang tua gue berbeda dengan orang tua lainnya. Orang tua gue hanya memperdulikan materi saja, yang dia cari hanya kebutuhan jasmani saja dan tak pernah memberi kasih sayang yang cukup bahkan anaknya sendiri dilarang memperoleh kasih sayang dari orang lain termasuk juga dari... (ucapannya terhenti) seorang pacar, hanya Chika, Amel dan Rosie yang dapat mengerti keadaan gue mereka yang selalu menjadi curahan gue tapi sekarang tinggal mereka berdua dan mungkin lama kelamaan merekapun akan binggalin gue”
“lo salah Chika dan Amel ngak akan ninggalin lo dalam keadaan seperti ini, gue yakin mereka akan sertia nemenin lo apapun keadaan lo”
“gue harap” jawabnya singkat
Setelah beberapa menit dalam perjalan akhirnya Rini sampai di rumah
“makasih ya udah nganteRin gue lain kali jangan kapok ya” ucap Rini pada Brian
“nggak bakalan kapok kok oya titip salam aja sama orang tua lo”
“ia sekali lagi makasih ya”
“da”
“da” sambil melambaikan tangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar